Budaya Korea, Budaya Kita Punya itu …..

 

 

indonesia-korea.jpg

 “eh Lee Min Hoo ganteng ya…. Pingin deh jadi pacarnya”
“Udah tau lagu SNSD yang baru rilis belom? Katanya sekarang masuk di puncak klasmen musik lho”
“Bro, gw baru makan bulgogi, maknyus”

Pernah mendengar percakapan semacam ini? Tentu saja pernah kan? Produk besutan negeri ginseng ini memang sangat marak di negara kita, Indonesia. Tidak hanya kaum hawa yang berbunga – bunga melihat ketampanan aktor – aktornya, kaum adam pun ikut ternganga saat melihat aksi panggung girl band ala Korea Selatan, yang katanya begitu aduhai. Ya, hingga saat ini Hallyu atau gelombang Korea masih melanda bangsa kita.

Korea Selatan, memang negara dengan ragam budaya. Negara dengan nama asli Taehan Min’Guk ini masih menjaga kekentalan budayanya. Hal ini dapat kita saksikan pada berbagai drama Korea, seperti penggunaan Hanbok saat upacara adat, sajian kimchi dan budaya pernikahan dengan sejuta kompleksitasnya. Tak hanya dramanya, kebudayaan korea pun ikut hadir dan merasuk dalam berbagai lagu K-Pop yang saat ini banyak kita dendangkan.

Sejak masuknya drama Endless Love (Autumn in my Heart) di salah satu stasiun televisi di Indonesia pada tahun 2000, kebudayaan Korea memang sudah banyak mencuri hati rakyat Indonesia, terutama kalangan wanita dan remaja. Tak jarang kita melihat penerus bangsa kita begitu fasih mengucapkan sarangheyo serta hapal dengan kebiasaan masyarakat disana. Tidak hanya di Indonesia, kejadian serupa juga terjadi di negara lainnya, seperti Jepang, Tiongkok dan Taiwan. Hal ini merupakan sebuah bukti otentik bahwa Korea Selatan mampu memertahankan budayanya sekaligus mengekspansi budaya di berbagai belahan dunia lainnya.

Lalu bagaimana dengan Budaya Nasional?

Koleksi Spring/Summer 2010 dari Dries Van Noten yang ditampilkan di Paris Fashion Week.

Sebelum kita bahas lebih lanjut mengenai budaya bangsa tercinta kita, apakah ada yang mampu menyebutkan salah satu prestasi budaya nasional kita? Mungkin banyak dari pembaca akan menggelengkan kepalanya, sebagian lainnya mungkin akan berusaha mengingat ingat detil prestasi yang pernah ditorehkan, dan lainnya mungkin akan sekedar melewatkan bagian ini.

Indonesia memang punya sejuta budaya, bahkan lebih. Setiap etnis yang tersebar di nusantara memiliki ciri khas yang seharusnya mampu memukau jiwa, namun kenyataan berkata sebaliknya. Gamelan, yang notabene berasal dari tanah Jawa justru lebih menarik lebih banyak perhatian bangsa asing dibandingkan dengan penduduk pribumi. Bahkan, diNew Zealand School of Music (NZSM), permainan gamelan sudah menjadi salah satu mata kuliah dengan kode PERF 250.

Lain cerita, karya lukis batik juga mendunia. Jenis kebudayaan ini sudah dinobatkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Secarafashion, batik juga sudah berulang kali digunakan oleh bintang-bintang internasional seperti Bill Gates, Jessica Alba, Ratu elizabeth II, Ratu Sophie, dan Ratu Juliana. Selain itu, karya lukis batik juga sudah menyabet berbagai juara di berbagai ajang internasional. Bangga dengan prestasi ini? Tentu saja semua akan serempak menjawab “ya”. Namun bagaimana kita bisa berbangga saat kita tidak pernah tahu prestasi ini?

balinese-bali-kecak-dance-history-sejarah-tari-kecak-bali-1

Pergelaran Tari Kecak Bali

Berbeda dengan gamelan dan batik, tari kecak yang berasal dari Bali sudah menjadi buah bibir di mancanegara. Tak jarang kita temukan warga asing datang ke pulau dewata karena penasaran dengan indahnya tarian misterius itu. Warga Bali pun turut andil dalam membudayakan tari Kecak ini. Sebagian tempat juga menjadikan ajang latihannya sebagai daya tarik terhadap turis mancanegara.

Ah, andai saja penyanyi tenar macam Isyana Sarasvati mendendangkan lagu khas Jawa Barat semenjak awal karirnya, tentu namanya tak akan semenggelegar sekarang. Ataupun jika Sheila on 7 ternyata tampil di panggung dengan menggunakan Buya dan memainkan kakula, tentu popularitasnya tak akan mencapai hati jutaan penikmat musik Indonesia, mentok-mentok penduduk Sulawesi Tengah saja. Ya, memang kebuyaan etnis “kita” hanya milik penduduk lokal, tidak pernah menjadi budaya bangsa seutuhnya.

Harus Bagaimana?

kehebatan-tari-saman-di-dunia-in
Tari Saman di Jalanan Eropa

Setelah disajikan dengan berbagai kenyataan pahit di atas, mungkin sebagian akan mulai bertanya “Lalu saya harus bagaimana?” Budaya Indonesia terlalu beragam dengan sebaran wilayah yang begitu luar biasa luas. Berteriak – teriak untuk mencintai budaya Indonesia saja tentu tidak cukup. Toh, hingga saat ini remaja Indonesia, atau bahkan diri kita sendiri masih belum kenal dengan variasi budaya kita dan justru berkiblat pada budaya Barat. Perlu rumus nan cantik untuk untuk menetralisir racun budaya yang terjadi di negara kita.

Break the wall mungkin jadi satu satunya cara yang ampuh mengelola problematika degradasi budaya ini. Batas tegas antara teknologi dan kebudayaan harus segera dihapuskan. Pamali terhadap teknologi sebisa mungkin ditekan jauh ke dalam bumi. Bagaimana mungkin kita dapat mengenalkan kebudayaan kepada anak cucu kita hanya dengan berbekal cerita turun – temurun tanpa memperkenalkan wujud aslinya? Mustahil seseorang anak dapat mengenal berbagai kebudayaan Indonesia hanya dengan sebuah buku kecil bernama RPUL dan pelajaran seni budaya yang hanya dipatok 2 jam seminggu.

Kita selayaknya perlu belajar dari Korea Selatan. Negara ini mampu mengaburkan batas nyata antara kebudayaan modern dengan kebudayaan tradisionalnya. Cibiran serta omong kosong tentang tabunya adaptasi budaya pada teknologi informasi seakan dipatahkan menjadi kepingan – kepingan kecil. Lewat musik dan dramanya lah Korea Selatan mampu memikat hati penduduk dunia, membuat pelancong dari berbagai penjuru dunia berbondong bondong datang, dan membuat budaya lokal menjadi budaya internasional.

Pelik memang, disaat para budayawan jatuh bangun memertahakan budaya Indonesia pada sendi – sendi kehidupan kita, pemegang tahta media nasional justru tak lagi mengindahkan ragam budaya tersebut. Mereka sibuk memenetrasi pemikiran generasi muda bangsa dengan kebudayaan Barat semata – mata untuk meraup keuntungan sebesar besarnya. Asa untuk memerkenalkan budaya Indonesia di mata Internasional layaknya hanya berupa api – api kecil saja, yang lantas padam termakan waktu. Bukanlah perkara mudah untuk merubah pola pikir bangsa ini, namun apakah kita ingin terus seperti ini? Kita harus bangkit. Kami percaya entah dalam 10, 20 ataupun 100 tahun lagi budaya kita akan bersanding dengan berbagai budaya diluar sana. Bukan sebagai budaya lokal, namun sebagai budaya Indonesia.

Peran BkkbN

Duta Mahasiswa Genre 2016

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mulai mengadakan inisiasi untuk Sosialisasi pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kreatif Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga. Program Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang kreatif melalui pegelaran kesenian dan kebudayaan dinilai memiliki potensi besar dalam upaya pengembangan dan pembangunan terhadap generasi muda.

Seni dan Budaya dapat menumbuhkan semangat serta pemkiran positif kaum muda untuk menciptakan generasi yang berencana, sehat, cerdas serta memiliki akhlak mulia. Sebab, kesenian dan budaya memiliki kandungan pesan moral yang kental untuk mendidik prinsif-prinsif pembangunan. Dengan ini, BKKBN menggalakkan program KIE kreatif melalui seni dan budaya agar dapat membantu perjalanan pembangunan kependudukan bidang remaja.

Selain dengan prorgram KIE Kreatif ini dapat menumbuhkan kembali cinta kepada budaya bangsa, diharapkan dapat menjadi media edukasi untuk sosialisasi pemuda anti Narkoba, menghindari seks bebas, HIV/AIDS, penyakit menular seksual, dan program KB. Dengan kemasan budaya, informasi dapat tersampaikan lebih menarik dan mengena melalui kegiatan seperti ini.

Disusun oleh : Joni syafrizal