KEPENDUDUKAN DALAM “EARTH DAY 2016”

Setiap tahun kita merayakan Hari Bumi Internasional pada tanggal 22 April 2016. Bumi tempat kita tinggal, merupakan planet yang paling nyaman dalam tata surya. Tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin, adanya siang dan malam. Tidak terlupa adanya oksigen juga air yang allah ciptakan untuk kita semua .

Bumi, satu-satunya planet yang sempurna untuk kita. Bagai terserang penyakit, kian hari kian parah. Lautnya semakin kotor, air bersihnya semakin sedikit, udaranya kian berpolusi, suhunya semakin panas, cuacanya makin tidak stabil. Dan penyebab sakitnya bumi kita ini, tak lain adalah kita. Penduduknya, manusia.

Hubungan antara kependudukan dan lingkungan bagai dua sejoli di masa SMA yang penuh dengan nostagia yang menarik , saling mempengaruhi satu sama lain. Masalah kependudukan dan lingkungan hidup adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena pada dasarnya, manusia dan makhluk hidup lainnya merupakan komponen hidup yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.

images (3)

Indonesia secara kuantitas menempati urutan ke empat sebagai negara terpadat, berdasarkan, hasil sensus penduduk pada tahun 2010, total penduduk Indonesia sebesar 237.641.326 jiwa. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan, jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat mencapai 237.6 juta jiwa pada tahun 2010, dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang cukup tinggi yaitu 1,49 persen per tahun naik dibandingkan dari 1,47 persen per tahun pada tahun 2000. Itu berarti dapat diproyeksikan pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia mencapai 271 juta jiwa. (BPS, 2015)
Lalu, apa saja yang mungkin dapat terjadi akibat peningkatan tajam penduduk di Indonesia? Salah satu contoh dampak yang sudah mulai terlihat yaitu gajah masuk desa akibat habitatnya dirusak oleh manusia sehingga gajah tersebut kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan sehingga masuk desa untuk mendapatkan makanan, kelangkaan air akibat menghilangnya daerah serapan air. Kekurangan bahan pangan akibat bertambah banyaknya penduduk dan berkurangnya lahan pertanian. Hingga pencemaran udara akibat bertambahnya kendaraan bermotor dan berkurangnya pohon. (Kusminingrum, 2008. Liputan 6, 2015. BBC, 2015.)

 43312_620

Salah satu provinsi yang mengalami kerusakan lingkungan terparah di Indonesia adalah Provinsi Jambi. Jambi pada tahun 1990 masih memiliki setidaknya 2,2 juta ha hutan. Hutan ini menyokong Suku Anak Dalam (salah satu suku yang menempati hutan di Provinsi Jambi), dalam melakukan kegiatan berburu, meramu, menangkap ikan dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan, menyokong pasokan air bersih Jambi, sebagai sumber resapan, dan menyokong sumber udara bersih sebagai paru-paru Jambi. (Forest Watch Indonesia. 2011)

Sebagaimana yang dikatakan oleh Direktur Komunikasi Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Rudi Syaf, di Jambi pada pertemuannya dengan Antaranews, (2012), hutan Jambi hingga pada tahun 2012 tersisa kurang dar 1,3 juta hektar. Hal ini menunjukkan bahwa, Jambi telah kehilangan 46% hutannya hanya dalam kurun waktu 12 tahun. Kurang lebih 1,1 juta hektar ini setara dengan 142.857 kali luas Gelora Bung Karno.

Dampak nyata yang terlihat adalah saat ini Jambi kesulitan air bersih, sumur warga mengering, warga terpaksa harus mengeluarkan anggaran Rp60.000 untuk membeli air bersih untuk 1.000 liter yang di jual pedagang keliling. PDAM pun mengakui, sebelumnya air bersih dialirkan ke semua pelanggan selama 24 jam, namun kini PDAM terpaksa melakukan pengaturan  supply kepada pelanggan dengan menggilir waktu supply agar dapat merata. (Antaranews. 2015)

Rudy Syaf juga mengatakan bahwa, akibat nyata dari kerusakan hutan ini menyebabkan intensitas air menjadi tinggi dan ketinggian air di sungai pun bertambah. Bahkan hampir semua kabupaten di Jambi mengalami Banjir tiap tahunnya. (Berita Satu, 2016)

polda-metro-berbenah-atasi-macet-jakarta-i6swrkxc7k

Mari kita lihat untuk kondisi di perkotaan seperti Jakarta. Pertambahan penduduk secara nyata mengubah kondisi lingkungan di perkotaan. Jakarta dengan 15.173 penduduk dalam 1 KM per segi, tentu membuat Jakarta mengalami kemacetan yang tidak dapat dielakkan setiap harinya. Padatnya kendaraan menyebabkan Jakarta menjadi kota ketiga setelah Mexico city dan Bangkok sebagai kota paling berpolusi. Bahkan telah ditemukannya jejak polutan di biomarker urin dan darah pada 200 sampel penduduk Jabodetabek, berdasarkan hasil riset yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes.

kemarau_1008_20150810_191826

Beralih ke Jogja. Jogja yang telah menjadi kota pendidikan menarik perhatian pencari ilmu di Indonesia. Dengan total 120 perguruan tinggi, Jogja menarik banyak mahasiswa dari luar batas wilayahnya untuk mengais ilmu di sana. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pertambahan penduduk yang cukup signifikan dan tentunya memberikan dampak juga terhadap perubahan lingkungan. Untuk pertama kalinya terjadi, Jogja mengalami krisis air bersih. Hal ini dikarenakan membludaknya penduduk dan penggunaan air secara masif. Ditambah semakin berkurangnya daerah resapan air akibat diubah menjadi lahan tempat tinggal.

Lantas timbul pertanyaan. Apa yang dapat kita lakukan?
Tentunya kita perlu mengambil langkah-langkah solutif untuk menyelesaikan kedua pokok permasalahan ini. Yaitu dari segi masalah kependudukan dan masalah lingkungan. Dan kedua solusi tersebut perlu berjalan secara beriringan dan linier untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Untuk permasalahan lingkungan perlu dilakukannya reboisasi dan penghijauan. Kemudian untuk permasalahan kependudukan, perlu dilakukannya program KB dan penyediaan rumah susun. Mari kita bahas satu persatu.
Reboisasi diperlukan dalam upaya mengatasi kerusakan hutan. Penanaman pohon kembali akan membuat hutan mendapatkan vegetasinya. Hutan yang hidup kembali akan menciptakan kondisi udara yang sejuk serta mencegah berbagai dampak buruk yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan. Tumbuhan yang ada pada dasarnya akan menyerap air hujan, sehingga suatu daerah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai persediaan air yang mencukupi dan dapat menjadi wilayah resapan atau penampungan air untuk wilayah di sekitarnya.
penanaman_pohon

Selain di hutan, tumbuhan hijau juga mempunyai peran yang sangat penting di luar kawasan hutan. Tumbuhan hijau sebagai produsen utama oksigen, sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, penghijauan atau penanaman tumbuhan hijau, dapat dimulai dari lingkungan sekitar kita seperti halaman rumah. Kita dapat memanfaatkan lahan yang ada di halaman rumah untuk ditanami dengan tumbuhan hijau, misalnya tanaman hias, tanaman obat dan tanaman berkulit keras. Lahan di sekitar tempat tinggal kita seperti kompleks perumahan juga dapat kita manfaatkan untuk penghijauan.

Tentunya, solusi ini perlu berjalan berdampingan dengan upaya menanggulangi permasalahan kuantitas penduduk yang ada. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan program Keluarga Berencana yang efektif. Sebagaimana yang di lakukan oleh mantan Presiden Ke-2 Indonesia, Soeharto pada masa orde baru. Terlihat pada tahun 1980, BkkbN memproyeksi pada tahun 2010 Indonesia mempunyai 340 juta penduduk, dan pada tahun yang sama program KB diberlakukan, hingga dampaknya pada tahun 2010 kemarin Indonesia hanya berpenduduk 236 juta jiwa. Hal ini berarti, kebijakan yang diterapkan beliau kala itu mampu menahan 100 juta kelahiran penduduk baru. Program ini berhasil mengingat masifnya sosialisasi  KB yang dilakukan beliau. Hampir di tiap kampung, di gapura, atau di depan puskesmasnya, pasti ada patung bapak dengan ibu menggandeng dua anak dan ada lambang dua jari di dalam lingkaran sebagai cara sosialisasi mengenai program KB.

33145_620

Sri Hartoyo, Deputi Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) ,mengatakan saat ditemui oleh tim redaksi jktproperty (2014), dengan besarnya pertumbuhan penduduk, Indonesia memerlukan 31 juta unit rumah baru untuk menyokong seluruh rumah tangganya. Sebanyak 18,5 juta di perkotaan, sementara sisanya sebanyak 12,5 juta unit di pedesaan. Jika dibangun rumah tapak, maka akan diperlukan 170.000 hektar lahan. Sementara jika dibangun sebagai rumah susun hanya memerlukan 39.000 hektar. Artinya efisiensi yang dihasilkan dari pembangunan rumah susun mencapai 436%.

Permasalahan lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk. pertumbuhan penduduk yang memerlukan lahan tempat tinggal, mengharuskan merusak hutan dan area lahan serapan. Oleh karena itu pada hari bumi ini, mari kita tingkatkan kepedulian kita dengan lingkungan, jangan lupa untuk membantu penghijauan bumi dengan menanam pohon di sekitar lingkungan Anda, dan tak tertinggal. . .
DUA ANAK CUKUP KOK!!!!!! GAK REPOT !!!!!BRO >>>>>>ayo KB ….

Daftar Pustaka

Antaranews. 2015. Warga Jambi Kesulitan Peroleh Air Bersih. 27 Oktober 2015.http://jambi.antaranews.com/berita/308984/warga-jambi-kesulitan-peroleh-air-bersih(diakses pada 10 April 2016)

Antaranews. 2012. Hutan Jambi tingga 1,3 Hetare. 14 September 2012.http://www.antarakalbar.com/berita/306215/hutan-jambi-tinggal-13-juta-hektare(diakses pada 10 April 2016)

BBC. 2015. Gajah liar mengamuk ratusan warga desa di Aceh mengungsi. 29 Oktober 2015.http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151029_indonesia_gajah(diakses pada 10 April 2016)

Berita Satu. 2016. Kerusakan Hutan Penyebab Utama Banjir di Jambi. 17 Februari 2016.http://www.beritasatu.com/nasional/349807-kerusakan-hutan-penyebab-utama-bencana-banjir-di-jambi.html (diakses pada 10 April 2016)

BPS, 2015. Laporan Bulanan Data Sosial Edisi 55. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Forest Watch Indonesia. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia periode tahun 2000-2009.Jakarta: Forest Watch Indonesia.

Jktproperty. 2014. Pembangunan Rumah Susun Hemat 430% Pemanfaatan Lahan. 3 September 2014. http://jktproperty.com/pembangunan-rumah-susun-hemat-430-pemanfaatan-lahan/ (diakses pada 10 April 2016)

Kusminingrum, Nanny. 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Jakarta: Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Liputan 6. 2015. Dilanda Kemarau, Kota Jambi Krisis Air Bersih. 11 Agustus 2015.http://news.liputan6.com/read/2291282/dilanda-kemarau-kota-jambi-krisis-air-bersih(diakses pada 10 April 2016)

Disusun oleh : Joni Syafrizal